Kamis, 01 April 2010

HUKUM BERANDAI-ANDAI

DALIL LARANGAN BERANDAI ANDAI
Rosululloh saw. Bersabda: "Orang mumin yg kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh daripada mukmin yg lemah tetapi masing masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah meraih apa yg bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh dan janganlah lemah. Jika sesuatu menimpamu jangan katakan: 'Andaikan aku lakukan ini niscaya akan begini dan begini' tetapi katakan: 'Semua ini takdir Alloh, Dia mengerjakan apa yg Dia kehendaki' karena 'andaikan' membuka pintu bagi amalan setan."(HR. Muslim:2664).
Al Hafizh Ibnu Hajar menukil ucapan al Imam al Qurthubi dalam al Mufhim: "Maksud hadits yg diriwayatkan muslim ialah bahwasanya yg di wajibkan setelah takdir terjadi adalah menerima keputusan Alloh swt, ridho dan tidak usah memperhatikan apa yg telah lewat karena jika disebutkan apa yg telah lewat maka ia akan berkata: 'Andaikan aku lakukan ini tentu akan begini' maka bisikan setan akan masuk dan itu berkelanjutkan sehingga timbul penyesalan. Karena itu, dia akan menentang takdir yg telah terjadi karena mengandai andai. Inilah amalan setan yg kita dilarang melakukan sarana sarana yg menyebabkan amalan tersebut dgn sabda Nabi saw: "Jangan katakan andaikan karena akan membuka pintu amalan setan." namun maksud hadits ini bukanlah tidak dibolehkannya secara mutlak mengucapkan andaikan karena Nabi saw telah mengucapkannya pada beberapa hadits. Hanya, pengucapan andaikan secara mutlak dilarang apabila pemutlakkan itu mengindikasikan penolakan takdir."(Fathul Bari: 15/147).

PENGANDAIAN YANG DILARANG
Ciri-ciri ucapan 'andaikan' yg dilarang telah dijelaskan oleh syaikh Muhammad bin sholih al Utsaimin:
1. Apabila digunakan untuk menentang syariat.
Pada perang Uhud, Abdullah bin Ubay bin salul, tokoh munafik mengundurkan diri dari pasukan beserta sepertiga pasukan kaum muslimin. Ketika itu 70 kaum muslimin mati syahid. Karena itu, Abdullah bin ubay dan teman temanya mencemooh dgn mengatakan: "Andaikan mereka menaati kami dgn kembali ke madinah niscaya mereka tidak terbunuh. Pendapat kami lebih baik dari syariat Muhammad." ucapan ini diharamkan dgn sungguh menjerumuskan ke dalam kekafiran.

2. Untuk menentang takdir.
Alloh swt berfirman: "Hai orang orang yg beriman, janganlah km seperti orang orang kafir (orang orang munafik) itu, yg mengatakan kepada saudara saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: 'Kalau mereka tetap besama sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh."... (QS. Ali Imron:156).

3. Sebagai Ungkapan Penyesalan.
Ini juga diharamkan karena semua hal yg menyebabkan penyesalan dilarang karena sesal itu mengakibatkan jiwa bertambah sedih dan apatis (putus asa). Padahal Alloh swt. Menghendaki agar dada kita lapang. Contohnya, seseorang ingin membeli sesuatu dgn harapan memperoleh untung ternyata malah rugi kemudian ia berkata: "Andaikan aku tidak membelinya tentu aku tidak akan rugi." Ini merupakan penyesalan dan kesedihan. Peristiwa seperti ini banyak terjadi dan ini dilarang.

4. Sebagai alasan untuk berdalih dgn takdir ketika berbuat maksiat.

KAPAN KITA BOLEH BERANDAI ANDAI
Sesungguhnya ucapan 'andaikan' itu memang tidak secara mutlak dilarang. Terkadang seseorang boleh mengucapkannya kalau ia mengharapkan suatu kebaikan. Namun, apabila sebaliknya yaitu menggarap kejelekan maka ini tidak diperbolehkan. Dikisahkan dalam hadist, ada empat orang salah satunya berkata: "Andai aku memiliki harta tentu aku akan berbuat seperti dia (yaitu orang yg dikaruniai harta dan ilmu sehingga mempergunakannya sesuai syariat)." ini adalah harapan yg baik. Oleh karena itu, Rosululloh saw. Mengomentari: "Orang tadi dihukumi sesuai dgn niatnya, pahala keduanya sama." Orang kedua berkata: "Andai aku memiliki harta tentu akan berbuat seperti dia (orang yg di karuniai harta tetapi tidak dikaruniai ilmu sehingga keliru menggunakan hartanya)." ini adalah harapan yg jelek. Karena itu, Rosululloh saw bersabda: "Orang tadi dihukumi sesuai dgn niatnya, dosa keduanya sama."(HR. Ahmad:230,231).

Dikutip dari bulletin al Furqon. Oleh Abu Harits as-Sidawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar